AFA

Au Pair, FSJ, und Ausbildung aus Indonesien

Au Pair, FSJ, Ausbildung aus Indonesien

Sonntag, 30. September 2018

Ausbildung lewat Agen

AUSBILDUNG LEWAT AGEN


Halo halo, ini tulisan pertama aku selama tinggal di Jerman. Kali ini aku pengen nulis mengenai Ausbildung lewat AGEN. Zaman sekarang ini, siapa sih yang gak tau dengan Ausbildung? Program magang selama tiga tahun di jerman dengan berbagai bidang yang disediakan. Mulai dari bidang kesehatan, Teknik, Komputer, Pariwisata dan banyak bidang lainnya yang ditawarkan. Tentunya info Ausbildung lewat agen ini sudah sangat marak dikalangan pemuda pemudi Indonesia yang ingin sekali merasakan tinggal dan bekerja di negara tempat Pak Habibie menuntut ilmu ini. Ini juga mungkin adalah salah satu jawaban bagi orang orang yang kurang mampu secara materi untuk tinggal dan merasakan hidup ditanah Eropa.

Dibandingkan melamar Ausbildung secara mandiri, dengan berbagai kesulitan yang ada pastinya temen-temen semua bakalan memilih cara yang lebih instan. Lewat Agen. Tanpa perlu repot dengan berkas-berkas dan lainnya, kita bisa tinggal terbang ke Jerman.

Berbeda halnya dengan melamar secara mandiri. Mulai dari dokumen-dokumen yang harus disediakan sesempurna mungkin, itupun tidak banyak perusahaan Jerman yang mau menerima kalau kita masih berada di Indonesia. Memang ada, tetapi tidak banyak. Kebanyakan perusahaan Jerman memprioritaskan yang sudah berada di Jerman dengan alasan proses yang lumayan ribet. Tidak hanya sampai disitu, kalau pun misalnya diterima dan tiba saatnya pengurusan Visa, kita akan tetap di persulit oleh si petugas, dengan meminta uang sekian Euro sebagai jaminan di bank. OMG. Inilah yang aku rasakan ketika melamar Ausbildung secara mandiri. Dua bulan setelah semua proses Ausbildung mandiriku, dapatlah informasi bahwa sekarang Ausbildung bisa lewat agen. Yeay. Hanya dengan mengirimkan Curiculum Vitae, riwayat hidup dan Sertifikat bahasa. Akhirnya aku bisa angkat-angkat kaki bersantai manja tanpa perlu memikirkan segudang proses.

Setelah mengirimkan semua dokumen yang diminta, aku hanya tinggal menunggu waktu untuk pengurusan visa. Visa keluar, dan akhirnya aku berangkat ke Jerman. Sungguh instan bukan ? Sebenarnya aku sangat senang sekali akhirnya bisa sampai di jerman, tapi dibalik kesenanganku itu ada terselip rasa jengkel. Menurutku, dengan semua kemudahan yang ini, banyak orang yang tidak lagi tau apa itu yang namanya proses. Tidak tau bagaimana sakitnya berjuang untuk tinggal di Eropa ini seperti yang dilakukan orang orang yang lebih dulu tinggal di Jerman ataupun orang orang yang pernah berjuang mati matian untuk bisa tinggal di jerman. Ditambah lagi dengan disediakannya kursus gratis untuk mereka yang ingin ke Jerman tetapi terhalang kerena Dana. Dari Informasi yang aku kumpulkan, Ausbildung lewat agen ini lebih banyak di bidang Pariwisata. Seperti perhotelan, koki, restoran, hausekeeping dll, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk ausbildung dibidang IT dan kesehatan.

Dari beberapa informasi yang berhasil aku kumpulkan. Baik itu dari pengalaman teman teman seperjuangan sampai dari mereka yang sering curhat mengenai sejuta masalah yang mereka hadapi. Tidak lain dan tidak bukan sudah pasti faktor bahasa. Banyak dari kita, saking inginnya berangkat ke Jerman, sampai kita lupa mempersiapkan diri bagaimana nantinya bisa bertahan di Jerman. Kita hanya memikirkan cara yang instan untuk datang, tapi banyak dari kita lupa, bahwa kalau kita sudah terkena masalah di Jerman, pulangnya juga akan instan. Aku punya seorang teman, sebut saja namanya si Fufun dan si Dadang. Si Fufun ini dia memlilih untuk Ausbildung di bidang kesehatan. Awal awal di Jerman dia merasa baik baik saja. Mengenai bahasa pastinya semua orang indonesia yang baru tiba di Jerman memiliki masalah dengan itu. Tapi di bulan ketiga, sebelum masa percobaannya berakhir, dia dipanggil ke kantor. Bosnya bilang "Kamu di pecat, ini tiket pulang kamu ke indonesia sudah kami belikan". Dia langsung takut dan panik. Bagaimana mungkin harus pulang.

Dengan informasi yang minim, ia akhirnya harus pulang ke Indonesia. Padahal banyak cara yang ia bisa lakukan agar tetap bisa tinggal di Jerman. Yang ke dua, laki laki, Dadang. Berangkat ke Jerman dengan hanya bermodalkan bahasa Jerman dasar. Juga harus pulang dengan cara yang sama. Ada juga yang diperlakukan secara tidak manusiawi oleh bosnya di tempat ia bekerja. Bekerja lebih dari standar dan juga tidak pernah dikasih hari libur. Kita tidak hanya memiliki masalah dengan budaya, bahasa, tetapi juga dengan lingkungan kerja kita. Banyak dari teman-teman yang sama sekali belum pernah bekerja akan merasakan bagaimana sakitnya lingkungan kerja itu. Di salahkan atas sesuatu yang tidak kita perbuat, dimarahi bahkan sampai dimaki maki didepan semua orang. Itu biasa bagi sebagian orang. Tapi bagi sebagian orang juga itu sesuatu hal yang menyakitkan. Itulah yang sering kurasakan selama dalam masa percobaan kemarin. Selalu hanya bisa diam dan meminta maaf. Padahal terkadang kita tidak melakukan apa-apa. Tapi yang pasti apapun itu kita ambil dampak positif nya aja.

Saranku buat temen temen yang masih di Indonesia, bahasa dan mental adalah hal yang utama kalau mau mengikuti Ausbildung di Jerman. Jangan sampai mimpi yang sudah kita rajut dari Indonesia, tapi tidak satu pun terwujud karena persiapan yang kita lakukan untuk menggapai mimpi kita itu belum cukup matang. Dari semua yang telah aku ceritakan tadi, itu hanya pengalaman dari  beberapa teman yang nasibnya kurang beruntung. Tapi, Tentu tidak semuanya seperti itu, banyak yang buntung, lebih banyak lagi yang beruntung. Aku dan teman teman satu keberangkatan mungkin salah satu dari yang beruntung itu :)

Salam

Hadi Sukron
Share:

0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen

Powered by Blogger.

Recent

Breaking

Categories

Pages

Theme Support