AFA

Au Pair, FSJ, und Ausbildung aus Indonesien

Au Pair, FSJ, Ausbildung aus Indonesien

Sonntag, 30. September 2018

AUPAIR Bukan Sekedar Menyukai Anak Kecil…

Mungkin banyak yang menanyakan alasan kalian untuk menjadi aupair, dan pada umumnya bahkan saya sendiri menjawab bahwa saya menyukai anak kecil. Ok, bisa jadi itu menjadi alasan pemanis dari tujuan saya yang sebenarnya hanya ingin belajar bahasa Jerman lebih mudah dan murah agar nantinya bisa melanjutkan studi di Jerman. Lalu, apakah dengan menyukai anak kecil saja cukup?

Tulisan ini dibuat, yaitu pada tanggal 26 September 2018, tepatnya saat saya sudah menjadi aupair selama 8 bulan 26 hari. Saya tinggal sebagai aupair-mädchen di sebuah kota kecil bernama Bretten yang terletak di Baden-Württemberg, Germany. Keluarga saya bukan asli orang Jerman, melainkan gastfater Belgium-Dutch dan gastmutter Austrian. Percampuran dua negara ini memberi banyak keuntungan terhadap saya selama tinggal dengan mereka. Salah satunya adalah kesempatan untuk ikut “pulang kampung” ke negara mereka masing-masing untuk mengunjungi keluarganya. Menjawab pertanyaan yang saya ajukan sebelumnya, ternyata hanya dengan menyukai anak kecil saja tidak menjanjikan bahwa kerjaan yang saya hadapi terasa ringan dan bahagia. Karena pada dasarnya, aupair itu tinggal 24/7 selama setahun (sesuai kontrak masing-masing) di rumah yang sama dengan seluruh anggota keluarga. Ini berarti, kalian pun harus beradaptasi dengan hostparents kalian, kakek dan neneknya, om dan tantenya, dan lingkungan yang baru.

Saya di sini mencoba untuk lebih menekankan pada keharusan kalian untuk beradaptasi dengan para orang tua dari anak-anak yang kalian akan urus nantinya. Mengapa? Karena ternyata, membaca dan mendengar curhatan-curhatan yang datang dari teman aupair lainnya, masalah yang mereka alami berasal dari hubungan aupair itu dengan hostparentsnya. Menghabiskan waktu dengan anak saja sih bagaimana pinter-pinternya kalian untuk cari kegiatan yang sesuai dengan mood kalian saat itu. Sebagai contoh, kalau kalian sedang banyak tenaga dan mood kalian bagus, banyak permainan yang mereka sudah punya di rumah dan bisa kalian mainkan bersama. Tapi kalau mood hilang, saya biasa memberi ide kepada anak-anak yang saya urus untuk bermain “salon-salonan”. Jadi saya hanya duduk dan membiarkan rambut saya dikepang oleh mereka.

Dibalik waktu yang kita habiskan bersama anak, hal yang akan sering kalian jumpai adalah berkomunikasi dengan hostparents kalian. Komunikasi ini sangat penting! Kesalahpahaman dari dua belah pihak yang biasanya menimbulkan masalah dalam menjalani hari sebagai aupair, dan percaya deh, ini akan sangat berat nantinya. Oleh karena itu, saat kalian masih dalam proses interview atau skype dengan calon hostparents, tanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang lifestyle mereka dan tugas apa yang akan kalian kerjakan sedetail mungkin. Termasuk juga jika kalian mempunyai hobi, apakah hobi itu bisa mereka fasilitasi atau mereka kompromikasikan. Karena kegiatan yang kalian sukai inilah yang nantinya menjadi sarana kalian untuk me-refresh diri kalian apabila sedang jenuh menjadi aupair.

Hal lain yang sering terjadi saat permasalahan muncul, khususnya bagi orang Indonesia adalah rasa “ga enakan” yang budaya kita miliki. Mungkin banyak anak aupair lainnya yang memberi saran untuk sabar, sabar, sabar dan akhirnya kalian tidak mengkomunikasikan ketidaknyamanan yang kalian rasakan karena “ga enak” dan memilih untuk sabar menjalaninya. Masalahnya apakah kalian harus dan bisa sabar selama 1 tahun? Saya sih tidak, satu tahun itu lama dan kalian tinggal 24 jam selama 7 hari!! Jadi apa solusinya? KOMUNIKASI! Bicarakan langsung dengan hostparents apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan menjadi aupair dalam kontrak yang kalian miliki dan sepakati. Pengalaman orang berbeda-beda, dan bagaimana toleransi kalian pribadi dalam menghadapi masalah juga berbeda dengan orang lain. Mungkin, banyak aupair lain yang masalahnya lebih besar dari kalian dan mereka berkata bahwa mereka hanya sabar dan bertahan atau malah mungkin ada yang berkata bahwa, “masalahmu mah ga seberapa”. Tapi saya hanya ingin memberi tau satu hal, hari-hari yang kalian jalani itu kalian sendiri yang merasakan, bukan orang lain. Setiap orang itu berbeda, dan tidak salah menurut saya menjadi orang yang dikatakan tidak sabar atau manja atau lainnya asalkan kalian bahagia!

So, selain rasa suka yang kalian miliki terhadap anak kecil untuk menjadi aupair yang bahagia, kalian juga harus mulai belajar untuk beradaptasi dengan budaya dari negara yang akan kalian datangi. Salah satunya adalah untuk menjadi pemberani dalam berkomunikasi. Sulit, tapi seiring waktu pasti jadi terbiasa. Ini kan point menjadi aupair, mengetahui dan mempelajari kultur lain selain Indonesia. SEMANGAT!

By: Intan Shabrina Eka Putri
Share:

0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen

Powered by Blogger.

Recent

Breaking

Categories

Pages

Theme Support